Di Parigi Moutong Sulteng, Demokrasi Berjalan Mulus
Kamis, Agustus 21
Di era reformasi yang melahirkan demokrasi, entah berapa kali negeri ini diguncang aksi anarkis. Aksi kekerasan itu berawal dari ketidak puasan sekelompok terhadap kelompok lain. Salah satu contoh adalah terkait pelaksanaan dan hasil pilkada. Pihak yang kalah memobilisasi massa untuk melakukan unjuk rasa menuntut pilkada dilakukan ulang. Buntutnya, terjadi perusakan fasilitas.
Tapi aksi serupa tidak terjadi di Kab. Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Awalnya, banyak mengkhawatirkan terhadap situasi yang berkembang menjadi "chaos" karena pada masa kampanye terjadi tindakan anarki berupa pemukulan dan perang kata-kata. Bahklan sempat tercetus dari salah satu kandidat bahwa pihaknya akan mengusir para pendatang. Bukan main.
Perkiraan pihak aparat keamanan sedikit meleset. Pelaksananaan pilkada di Kab. Parigi Moutong pada 19 Agustus 2008 berlangsung tertib dan aman. Masyarakat berbondong-bondong mendatangi TPS setempat untuk memilih kandidat akan menjadi pemimpin selama 5 tahun ke depan. Memilih yang terbaik diantara yang jelek. Kenapa?? karena semuanya orang lama dan visi misinya nyaris sama. Gratis pendidikan, gratis berobat, pelayanan terbaik bla bla bla..
Lepas dari itu semua, perlu acungan jempol bagi pihak yang kalah karena telah mengakui kekalahannya walau pengumuman secara resmi dari KPUD setempat belum dilansir, toh dengan legowo mau mengakuinya. Sikap ksatria ini sebetulnya merupakan karakter asli masyarakat Parigi. Sejarah mencatat bahwa di wilayah Parigi Moutong dihuni oleh mayarakat yang taat dan loyal terhadap pemimpinnya. Dan pemimpinnya berjiwa besar. Satu hal yang tidak dipunyai kebanyakan pemimpin kita.
Terkait perkiraan aparat keamanan yang meleset, sebetulnya jika didalami lebih lanjut berhubungan erat dengan pengamanan pilkada. Jika perkiraan bahwa pilkada akan anarkis tentunya pihak keamanan bersiaga dan itu butuh dana. Semakin "serem" perkiraannya akan berbanding lurus dengan dana pengamanan. Namanya juga obyekan pilkada. Semua pihak yang terlibat mendapatkan keuntungan dan dananya berasal dari APBD. Artinya uang rakyat juga yang dipakai. Uang rakyat juga yang dihambur-hamburkan. Kasihan rakyat........
12 komentar:
It could challenge the ideas of the people who visit your blog.
Thanks to the blog owner. What a blog! nice idea.
semoga pemilihan pilkada di daerah-daerah yang lain bisa seperti ini. aminn
pengennya mah pemilihan dimana2 tertib, aman & terkendali terus kalo ada rusuh2 tu jadi males mo pake hak suaranya his tatut siii
Syukurlah... senang banget mendengarkan hal2 sperti ini... semoga di pemilihan di t4 lain bisa seperti ini... :)
demokrasi bakal lebih adem lagi klo pas pemilihan berjalan dgn tertib n aman... plus pasilitas yang bikin adem waktu milih... ya... minuman gratis kek... he..he...
inilah yg patut dicontoh daerah lain
wah tulisannya menyegarkan, membawa damai, pembaca juga ikut cooling down.... :)
Semakin "serem" perkiraannya akan berbanding lurus dengan dana pengamanan. Namanya juga obyekan pilkada.
ternyata di mana2 memang jadi obyekan ya...
saya pikir klo demo itu boleh saja... tapi mngapa harus ada.. demo!!!
menurut saja pemilihan di pilkada itu tidak akan rusuh klo dari setiap masayrakat bisa menyikapi semuanya dengan dewasa...
saya setuju klo setiap daerah bisa menjalankan pilkadanya dengan damai...
lom penah ngikutin pilkada ditanah air,he..he..jadi lom tahu.
waaa... jangan kaya pilkada tuban yang sampe bakar2an itu ya
Wah kalo ciamis tgl 26 okt, nih ga tau bakal seru ga ya, soalnya kampanyenya biasa2 aja nig
Posting Komentar
Tempat Caci Maki.....