Romantisme “Turun Ke Jalan”

Kamis, November 13


Jam 08.00 wita tanggal 13 Nopember 2008, saya ditelpon oleh redaktur harian MAL Palu. Intinya adalah mengharapkan kehadiran saya untuk mengikuti unjuk rasa dalam rangka solidaritas pers di Mapolda Sulteng. Tanpa ba bi bu lagi, saya nyatakan untuk ikut dan harus ikut. Kenapa.., selain karena sebagai ungkapan solidaritas sesama insan pers, saya juga kangen dengan romantisme “turun ke jalan”. Ya...kami dari berbagai aliran pers di Palu (AJI, PWI, Kontras Sulteng, Lembaga Pers Mahasiswa dan LMND) melakukan protes atas disangkakannya rekan kami Asmaradan (wartawan di Makassar) atas tuduhan pencemaran nama baik Kapolda Sulsel. Inti dari aksi kami adalah meminta Kapolri agar memeriksa kemungkinan adanya penyalahgunaan wewenang (abuse of power) oleh Kapolda Sulselbar. Selain itu mengajak seluruh elemen pers maupun aparat penegak hukum agar tidak melakukan kriminalisasi pers dan jurnalis dan mengunakan UU Pers No.40 Tahun 1999 sebagai acuan.

Ah ....., romantisme beberapa tahun lalu saat meneriakkan yel-yel “Turunkan Soeharo” seolah menggelitik sukma. Saat itu, saya dengan beberapa kawan seperjuangan bergerilya dari kampus ke kampus di Jogja untuk menjatuhkan musuh bersama kami. Soeharto dan kroninya. Sungguh elok saat itu, kami bergerak secara diam-diam (kalau meminjam istilah acara di Metro TV, bergerak secara silent operation). Maklum saja, sebelum Soeharto jatuh, mata-matanya ada dimana-mana. Baik di lingkungan kampus hingga secara tertutup masuk di organisasi mahasiswa. Bergerak diem-diem takut diculik. Makanya sampai sekarang saya paling benci yang namanya intel. (mudah-mudahan tidak ada intel yang mampir di blog ini ....hiks...).

Setelah Soeharto oleh berbagai elemen bangsa diletakkan ke dalam sumur paling dalam, kini muncul wacana untuk menaikkan kembali Soeharto kedalam strata sosial paling tinggi di Indonesia. Yakni pemberian gelar pahlwan nasional. Dan itu dinyatakan secara terbuka oleh Partai Keadilan Sejahtera dan Wiranto. Entah apa yang hendak diraih oleh PKS dengan memunculkan tayangan iklan tentang Soeharto. Mungkin saja PKS hendak mengajak seluruh elemen bangsa ini untuk rujuk nasinoal (rekonsiliasi) atas segala yang terjadi tempo hari. Menghapuskan dendam masa lalu demi kepentingan nasional yang lebih besar. PKS seolah memberikan contoh bagaimana menghormati tokoh yang berjasa untuk bangsa negara walaupun juga sebagai manusia pernah melakukan kesalahan kepada bangsa dan negara.

Nampaknya, PKS melakukan perjudian atas manuvernya itu. Jika memang tujuannya untuk rujuk nasional perlu diacungi jempol. Namun jika hanya ingin mendompleng nama Soeharto demi mendulang suara di Pemilu 2009, maka sangat disesalkan. Jangan-jangan trio bomber akan dijadikan ikon PKS pula juga demi mendulang suara. Sungguh PKS, saya memang sudah memaafkan Soeharto tapi tidak akan melupakan kesalahannya.


16 komentar:

Anonim Kamis, 13 November, 2008  

PERTAMAXXXXXXXXXXXX

Anonim Kamis, 13 November, 2008  

baca dulu ya..... nanti baru komen

Anonim Kamis, 13 November, 2008  

nah ini baru komen

romantis kok di jalan, klo mo romantis2an tuh pke candle ligh dinner, ngasih rose, nyanyiin lagunya rhoma irama eh salah lagunya ari lasso or bryan adam.

*wes gak nyambung blas ma postingannya*

Unknown Kamis, 13 November, 2008  

wah demo ya... semoga demonya didenger dan terpecahkan masalahnya. Suka sedih demo uga bergaung saat awal aja, trs habis terbungkam.
Dulu ikut demo suharto ya, sayang ga ikutan hiks, status sdh mahasiswa coret soalnya hihihi

Anonim Jumat, 14 November, 2008  

Semangat Pak... semoga sukses demo nya hehehe

Ivana Jumat, 14 November, 2008  

wah..solidaritasnya tinggi juga....saya dukung deh,biarpun dari jauh,...

Bazoekie Jumat, 14 November, 2008  

wah romantisme saat idealis sekarang memang barang langka kang. di tengah rutinitas harian yang mencekik.

Anonim Minggu, 16 November, 2008  

tapi tetep idealis kan?? idealismenya blm jadi romantisme kan? :D

Kristina Dian Safitry Minggu, 16 November, 2008  

saya jadi ingat, kemarin saya mendapatkan SMS dari Organisasi buruh yang akan melakukan aksi unjuk rasa hari ini ke konsulat Jenderal Republik Indonesia(KJRI). dan saya juga jadi ingat betapa menyenangkan,menyeramkan, mengkahawtirkan memilih jadi aktifis, apalagi perempuan(single pula).kegiatan saya sedikit terkurangi porsinya, sejak tahun 2005, tepatnya setelah saya melakukan aksi telanjang mimpin aksi :Minta dibubakanya WTO, dari Cousewaybay-Wan Chai, Hk. pd saat itu HK menjadi tuan rumah pertemuan itu(KTM-WTO ke-6)

-- Minggu, 16 November, 2008  

Wah, namanya romantisme ya mas? Dah lama ga bergaul ama romantis jd bingung.. Btw, romantisnya ke bawa ampe politik ya?

Anonim Senin, 17 November, 2008  

wah jadi ikutan mengenang masa itu 7 tahun lalu di bundaran HI...

Kios Info Jumat, 21 November, 2008  

kalo demo pake kata romantisme rasanya langsung beda. ayeemmmm hehe

Anonim Jumat, 21 November, 2008  

semuanya sudah berlalu. kta hanya bisa berandai-andai. andai dulu blaaaaa mari kita romantisa aja ke depannya

Anonim Senin, 24 November, 2008  

wah else nye-pam

Anonim Senin, 24 November, 2008  

wah else juga memfitnah diri sendiri...koq sandra dewi....pdhl kan mpok atikk

Anonim Senin, 24 November, 2008  

ene postingannya tentang demo politik yang ditunggangin 'romantisme' yah......masih mending di tengah2 'panas' nya politik masih ada sisi 'romantis'.......

smoga politik tetap pda jalurnya dan tidak membawa2 pihak lain.....good post!

Posting Komentar

Tempat Caci Maki.....

Image hosted by servimg.com

  © Blogger Template News Kidding On The Blog by Bagus Pras 2010

Back to TOP