KEBANGKITAN DAN KENAIKKAN

Selasa, Mei 20

Dua puluh Mei tahun ini, berarti Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) genap berusia seratus tahun. Lama sudah semangat kebangkitan itu menyatu dengan perjuangan bangsa dan rakyat Indonesia. Mulai dari penjajahan Belanda, Jepang hingga kemerdekaan. Semuanya bersatu padu, menggelorakan semangat nasionalisme untuk menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa lain. Dan...akhirnya bangsa kita ......merdeka.

Lalu....apa yang dilakukan oleh bangsa kita dalam mengisi kemerdekaan. Sejak kita merdeka, beberapa periode pemerintahan telah dilalui. Dari mulai presiden seumur hidup (Sukarno), presiden yang diangkat berulang-ulang (Suharto), presiden pengganti (Habibie dan Megawati), presiden seumur jagung (Abdurahman Wahid) hingga presideng pilihan rakyat (SBY).

Pergantian periode pemerintahan kita baru 1 kali berjalan mulus, yakni saat pemilu 2004 dimana presiden kita dipilih oleh rakyat. Bukan oleh yang mewakili rakyat yang mengatasnamakan rakyat, menggunakan uang rakyat hingga rakyat melarat. Selebihnya adalah pergantian periode yang berdarah-darah dan meluluh lantakkan semua aspek kehidupan yang saat ini masih kita rasakan.

Hingga seratus tahun kebangkitan nasional, kita masih juga digiring ke dalam sekat-sekat ideologis kebangsaan. Nasionalisme atau Islam. Jika pilihan kita adalah nasionalisme, maka semuanya merasakan bahwa kita berada dalam satu rumah besar yakni rumah Indonesia. Rumah besar yang berisi kumpulan berbagai komunitas masyarakat yang merasa nyaman tinggal di Indonesia dan bersama-sama memperindah rumah Indonesia. Rumah besar yang terdiri dari banyak kamar berstatus otonomi..., yang setiap kamar boleh digunakan secara bebas namun tetap bertanggung jawab kepada rumah induk.

Lalu..kalau pilihan yang satunya ...??????

Di era kebangkitan ini, kita miris dengan banyaknya modal asing yang masuk ke segala lini kehidupan. Banyak BUMN kita sudah dilego oleh pemerintah dan masih akan ada lagi. Kata pejabat kita..., ”apa bedanya modal itu milik Aseng atau Asing”..., kalau menguntungkan..why not. Bukan main.

Menurut kabar burung.., saat pemerintahan Gus Dur, banyak LSM yang mendapatkan dana asing untuk mematai-matai negerinya sendiri. Jika pemodal asing sudah mendapatkan restu istana, maka LSM ”bergerak”. Tidak heran jika saat itu kalangan LSM mendapat tempat di istana.

Kalau jaman Megawati dan SBY, banyak LSM tidak mendapatkan dana asing karena banyak pejabat yang mendapat dana asing. Kasus paling menarik adalah NAMRU. Untuk menghentikan status kekebalan diplomatik kepada staf NAMRU saja kita harus berlama-lama. Saya jadi ingat..., pada awal 70-an, Suharto pernah mencanangkan swasembada beras (pangan), dan itu hampir tercapai. Anehnya..., tidak lama kemudian terjadi wabah hama wereng melanda di semua sentra pangan kita. Trusss, saya jadi berfikir..., NAMRU ngapain aja ya. Menolong atau merongrong.

Sayangnya, momentum kebangkitan nasional kita akan diberi kado istimewa oleh SBY-JK, yakni rencana kenaikkan harga BBM. Jika kita mau berbicara jujur, sebetulnya pemerintah kita benar. BBM harus disesuaikan dengan harga pasar internasional walau kenaikan itu akan memberikan efek domino di segala aspek kehidupan. Semuanya akan menyesuaikan harga BBM. Yah..., kebangkitan kita disambut kenaikkan. Semuanya akan serba naik.

0 komentar:

Posting Komentar

Tempat Caci Maki.....

Image hosted by servimg.com

  © Blogger Template News Kidding On The Blog by Bagus Pras 2010

Back to TOP