SUSNO “SERPICO” DUAJI

Rabu, Mei 12


Drama pembeberan borok di tubuh kepolisian oleh anggotanya sendiri tidak hanya terjadi di Indonesia. Jauh sebelum reformasi, di negaranya Obama, Frank Vincent Serpico secara marathon mengumpulkan bukti korupsi di NYPD namun selalu tak berdaya menjerat pejabat polisi korup ke meja hijau. Geregetan dengan upaya yang selalu mentok lewat jalur hukum, maka Serpico mengirimkan hasil investigasinya ke New York Times dan pewarta kriminal David Burnham menuliskannya di suatu artikel di koran itu pada 25 April 1970. Dampaknya sungguh luar biasa.

Cerita usang itu nampaknya kembali terulang dengan waktu dan tempat yang berbeda. Jika Serpico hanya anggota polisi NYPD rendahan, Susno Duaji adalah perwira tinggi bintang tiga, mantan kabareskrim pula. Pola yang dimainkan oleh Susno Duaji (SD) mirip-mirip seperti yang dimainkan Serpico dengan melibatkan jaringan pers dan kalangan pers sendiri menikmatinya karena kasus SD yang membongkar mafia hukum di internal Kepolisian sangat ditunggu-tunggu masyarakat.

Belum hilang ingatan saat istilah “Cicak vs Buaya” dimana pihak kepolisian melalui SD secara jumawa mengobok-obok KPK dan berencana menyeret kemeja hijau dengan tuduhan bahwa pimpinan KPK diduga menerima suap atau menjadi mafia kasus. Entah ada kaitannya dengan salah satu anggota KPK yang akrab dengan para aktivis dari LSM dan LBH, dengan serta merta KPK dibela tanpa pandang bulu bahkan pers-pun menjadi latah dengan berita-berita miring menyudutkan si buaya.

Kini, pers-pun tak henti memberitakan SD dengan sudut pandang yang beragam. Namun semuanya bermuara pada titik yang sama. Berantas korupsi sampai habis. Penahanan SD bisa menjadi titik nadir bagi pejuang anti korupsi namun bisa menjadi pintu masuk (katanya Kapolri sih) untuk menguak kasus lain yang lebih besar.

Peran pers sangat diharapkan untuk terus mengkritisi beragam kebijakan dan kelakukan elit politik, pejabat negara dan pelaku hukum. Namun masalahnya, pers itu juga bagian dari posisi tawar menawar karena pers saat ini kebanyakan dimiliki oleh pengusaha sekaligus elti politik.

3 komentar:

Anonim Rabu, 12 Mei, 2010  

seharusnya kita semua jangan,menghakimi siapa yag salah/benar dulu,biar pengadilan yg akan menguak kebenaran.pers juga harus seimbang,fakta nyata dalam pemberitaan jangan asal latah isu/gosip komentar asal2 an diberita.

BUDIMAN HS GOMBONG Rabu, 12 Mei, 2010  

benar yang bisa menghakimi hanya TUHAN.BIAR HUKUM YANG AKAN MEMBUKTIKAN SIAPA YANG SALAH/BENAR.JANGAN ASAL KOMENTAR,YANG MAKIN MEMBINGUNGKAN RAKYAT.BUDIMAN HS GOMBONG

Anonim Rabu, 19 Mei, 2010  

susahnya lagi kalau pengusaha sekaligus penguasa ...

Posting Komentar

Tempat Caci Maki.....

Image hosted by servimg.com

  © Blogger Template News Kidding On The Blog by Bagus Pras 2010

Back to TOP